Selasa, 21 September 2010

Budidaya Belut Sebuah Peluang Bisnis


BUDI daya belut (Synbranchus) adalah peluang usaha yang menjanjikan. Namun diperlukan kesabaran dalam melakukan usaha budidaya belut karena budidaya belut memang gampang-gampang susah. Banyak orang mencoba tapi hasilnya nihil.
Saran bagi calon pembudidaya untuk memelihara belut dalam skala kecil dulu. Memelihara belut di pekarangan rumah bisa dijadikan pertimbangan. Sambil mendulang pengalaman di lapangan, mereka pun bisa mempelajari pemasaran belut dari lingkup terkecil dulu. Dengan metode seperti ini, para pembudidaya pelan-pelan bisa meningkatkan statusnya menjadi pembudidaya tangguh dan tahan banting. Permintaan belut, baik dalam bentuk segar maupun olahan, masih menjanjikan. Hal itu dikarenakan rasanya yang lezat, dan mengandung protein tinggi.
Jenis belut yang dibudidayakan di Indonesia pada umumnya belut sawah (Monopterus albus) dan belut rawa (Simbrankus bengalesis mc. Cell). Sebagian kecil memelihara belut sungai atau laut.
Budi daya belut relatif mudah untuk dilakukan. Modalnya pun juga tidak terlalu besar. Bahkan kita bisa membudidayakan belut di pekarangan rumah, yang penting adalah media, pakan, dan pengaturan air.
Masalah Kolam Kolam belut di pekarangan rumah bisa dibuat dari bahan bambu, terpal, hingga tembok. Sistem yang dipakai bisa permanen, bisa juga knock down alias mudah dibongkar-pasang ke tempat lain. Bahkan menggunakan drum bekas pun tak masalah. Suhu udara optimal untuk pertumbuhan belut sekitar 25-31 derajat Celcius. Kondisi air untuk benih (ukuran 1-2 cm) diusahakan bersih dan kaya osigen. Sedangkan belut dewasa bisa dipelihara dalam air keruh sekalipun, asalkan tanah tempat kolam tidak beracun.
Jika lokasi cukup luas, sebaiknya Anda membangun tiga kolam sekaligus. Yaitu kolam induk / kolam pemijahan, kolam deder (untuk benih rukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (ukuran 3-5 cm), dan kolam pembesaran (ukuran 5-40 cm). Apabila luas lahan terbatas, sebaiknya Anda tidak mengarah ke budi daya, melainkan ke pembesaran dari benih-benih berukuran 5-8 cm sampai dipanen (berukuran 35-40 cm).
Kapasitas kolam induk 6 ekor/m2, kolam pendederan 500 ekor/m2, dan kolam belut remaja 250 ekor/m2. Untuk kolam pembesaran, pada tahap awal (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2, tahap kedua (15-20cm) berkapasitas 50 ekor/m2, dan menjelang panen (40 cm) sekitar 3-5 ekor/m2.
Pembuatan Media Belut
1. Persiapan media.
Pembuatan kolam belut bermacam-macam cara, diantaranya kolam tembok, kolam knockdown atau kolam terpal dll. misalnya kolam yang dibuat kolam terpal maka yang dibutuhkan antara lain terpal tinggi galian kurang lebih 50 cm atau 70 cm. Jika tinggi 50 cm maka batas media 40 cm. Jika tinggi 70 cm maka batas media 60 cm.
Komponen yang perlu disiapkan adalah jerami, pupuk kandang, kedebok pisang, kompos, tanah, air. Jerami dan kedebok pisang harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum dijadikan media budidaya belut.
2. Pembuatan media
a. campur semua bahan menjadi satu diluar kolam. Contoh kolam bambu ukuran 4 x 3 x 1 meter dibutuhkan 28,6% jerami, 14,3% kedebong pisang, 14,3% pupuk kandang (jangan menggunakan kotoran kambing), 28,6% kompos, 14,3% tanah sawah atau kebun. Seluruh bahan dimasukkan kedalam kolam mencapai tinggi sekitar 70 cm dan menyusut menjadi 60 cm.
b. Tambahkan air sampai merata kemudian diamkan media kurang lebih selama 1 minggu lalu aduk merata. Keluarkan air secara berlahan dari dalam kolam dan ganti dengan air yang baru ganti air kolam setiap 3 hari sekali.
c. Lakukan pengetesan media pada minggu kedua setelah media dimasukkan.jika media sudah tidak terasa panas dan air kolam tampak jernih, berarti media dalam kolam sudah layak huni. Jika media telah siap huni, pertahankan ketinggian air kolam sekitar 1-2 cm dari permukaan media.
d. Tambahkan tanaman air, seperti eceng gondok dan kangkung sebagai peneduh. Benih belut siap dimasukkan.
3. Persiapan Media 80 % Tanah Sawah
a. Bahan media terdiri atas tanah sawah atau lumpur, jerami kering, kedebong pisang yang telah dicincang dan air bersih.
b. Masukkan tanah atau lumpur ke dalam kolam, disusul jerami dan kedebong pisang, hingga mencapai ketinggian 40 cm.
c. Masukkan air hingga menggenangi semua media, diamkan selama 3 hari.
d. Keluarkan air kolam pada hari keempat dan ganti dengan air baru. Tujuannya untuk membuang kotoran dan gas hasil pembusukan media. Jika media turun dari batas ketinggian yang seharusnya 40 cm, anda bisa menambahkan tanah sawah lagi sebelum kolam diisi air lagi.
e. Diamkan kolam selama 7 hari, lalu keluarkan airnya. Pada tahap ini anda dapat memasukkan pakan awal ke media, yakni berupa cacing, yuyu ataupun bekecot yang telah direbus terlebih dahulu. Jumlah pakan awal sama dengan berat bibit yang akan dimasukkan. Selanjutnya isi kembali kolam dengan air bersih. Ketinggian air 2-5 cm.
f. Tambahkan tanaman air, seperti eceng gondok dan kangkung sebagai peneduh. Benih belut siap dimasukkan.
g. Diamkan kolam selama 7 hari. Selanjutnya bibit dimasukkan bersamaan dengan penambahan cacing ke media dengan perbandingan 1 : 5. Artinya, jika memasukkan bibit belut 20 kg dibutuhkan cacing sebagai pakan sebanyak 100 kg.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar